Thursday, September 18, 2008

CINTAI RASULULLAH S.A.W

Perjalanan hidup Rasulullah s.a.w itu merupakan contoh yang baik serta model utama bagi seluruh alam ini, pimpinan dan sistem yang dibawa oleh Rasulullah s.a.w itu bukan rekaan menurut hawa nafsu tetapi mendapat pertunjuk Allah s.w.t. Firman Allah s.w.t :-
“ dan tiadalah yang diucapkan itu (al Quran) menurut kemahuan hawa nafsunya. Ucapan itu tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya) “ (Surah an Najm : 3-4)

Banyak ayat-ayat al Quran al Karim yang memerintahkan kita dan para Mu’minin agar mematuhi dan mentaati Rasulullah s.a.w , sebagai natijah daripada ikrar ketaatan kita kepada baginda. Antara firman-firman Allah s.w.t :-
“ Katakanlah : Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, nescaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. “(Surah ali ‘Imran : 31)

“ Barangsiapa yuang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka. “(Surah an Nisaa’ : 80)

“Apa sahaja harta rampasan (fa-I) yang diberikan Allah kepada Rasul Nya yang berasas dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya sahaja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman Nya.“ (Surah al Hasyr : 7)

.Begitu juga kita, orang Mu’min , diwajibkan menghormati Rasulullah s.a.w seperti yang diisyaratkan olah Allah s.w.t di dalam al Quran al Karim :
“ Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang beransur-ansur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cubaan atau ditimpa azab yang pedih. “ (Surah an Nuur : 63)

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul Nya dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu sedangkan kamu tidak menyedari. Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah , mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertaqwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.“ (Surah al Hujuraat : 1-3)

Menghormati Rasulullah s.a.w bukan sahaja semasa ada hayat baginda, bahkan selepas wafat baginda juga kita mesti bersopan dengan Rasulullah s.a.w. Kerana itu dikala mana kita membaca atau mendengar hadith-hadith Rasulullah s.a.w, kita wajib meyakini hadith atau sunnah tersebut. Kita dikehendaki mendengar dengan cara bersungguh-sungguh, penuh perhatian, penuh kefahaman serta bersedia untuk mengamalkan dan melaksanakannya sepertimana arahan-arahan yang telah disampaikan oleh Rasulullah s.a.w sendiri.

Hendaklah kita menyedari bahawa al Quran al Karim dan as Sunnah Rasulullah s.a.w itu mempunyai peranan untuk mengawal, menjaga, memelihara fitrah, kesucian manusia ciptaan Allah s.w.t.. Oleh itu kita wajib membimbing dan mendidik fitrah kita supaya tetap dalam keadaan suci dan bersih (Fitrah Salimah). Caranya ialah dididik dan disirami dengan ajaran al Quran al Karim dan dibajai dengan as Sunnah an Nabawiyyah Rasulullah s.a.w. Firman Allah s.w.t :-
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (iaitu) bagi orang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.“(Surah al Ahzab : 21)

Mencintai Rasulullah melebihi daripada cinta kepada semua makhluk merupakan kewajiban setiap insan. Buah cinta itu sangatlah agung dan besar yang akan dapat dipetik di dunia dan akhirat, tetapi dalam kenyataannya banyak kita temui kekeliruan dalam memahami cinta kepada Rasulullah dengan pemahaman yang sangat sempit. Maka penjelasan hakikat cinta Rasul secara jelas dan benar merupakan cara terbaik untuk meluruskan kekeliruan sebahagian orang muslim dalam membuktikan kecintaannya kepada baginda.

Rasulullah SAW adalah Rasul pilihan Allah yang diutuskan kepada ummat manusia untuk membimbing mereka kepada hidayah Allah; berbuat yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran serta beriman kepada Allah. Sebelum kedatangan Rasulullah SAW, manusia berada di ambang kehancuran lantaran kebudayaan yang menyebabkan tertegaknya tamadun ketika itu telah hancur.
“Tamadun adalah umpama suatu pohon rendang yang bayang-bayngnya meliputi seluruh dunia; sekarang ia telah terhoyong hayang, dimakan reput hingga ke akar umbinya. Dan di tengah-tengah kerosakan yang sebegitu meluas lahirlah seorang insan yang bakal menyatukan seluruh alam” ( sumber : Emotion as the Basic of Civilization; oleh J.H Denison. )

Ketika kemanusiaan sedang mula menghilang, Allah menjadikan Nabi Muhammad SAW untuk membangkitkannya semula dan mengeluarkannya dari kegelapan kepada cahaya. Firman Allah SWT; Rasulullah SAW memecah belengu-belengu jahiliyyah dan khurafat dan mengajak manusia kepada pengabdian yang akan membebaskan mereka daripada segala bentuk ikatan lain. Baginda mengembalikan kepada mereka kesenangan hidup yang sebenarnya.
Firman Allah SWT; “...yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan kepada mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban beban dan belengu yang ada pada mereka”

Berikut ini ada beberapa hal yang berhubungan dengan kecintaan kita kepada Rasulullah saw.
a. Wajib mencintai Nabi SAW melebihi cintanya kepada diri sendiri.
Baginda pernah bersabda ;-
Bermaksud : “Tidak sempurna Iman seseorang kamu sehingga ia menjadikan aku lebih dicintai dari dirinya, anaknya, hartanya dan manusia seluruhnya“
Menurut hadith ini ternyata bahawa cinta yang sebenarnya terletak kepada keikhlasan mematuhi apa yang disukai oleh Rasulullah s.a.w dan mematuhi apa yang tidak disukai oleh baginda.

Imam Bukhari meriwayatkan dari Abdullah bin Hisyam ra. bahwa dia berkata:
Kami pernah bersama Nabi SAW sementara beliau menggandeng tangan Umar bin Khatthab ra, maka Umar berkata kepada beliau: Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali diriku. Maka Nabi bersabda: Tidak, demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya! Hingga kamu lebih mencintai aku dari pada dirimu sendiri. Umar berkata kepadanya: Sesungguhnya sekarang engkau lebih aku cintai dari pada diriku sendiri. Nabi bersabda:
“Sekarang wahai Umar.”(H.R Bukhari)

b. Wajib mencintai Nabi melebihi cintanya kepada orang tua dan anak.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda:
Demi dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, tidaklah di antara kalian beriman sehingga aku lebih dicintai dari pada orang tua dan anaknya.(H.R Bukhari)

c. Wajib mencintai Nabi melebihi cintanya kepada keluarga, harta dan seluruh manusia.
Imam Muslim meriwayatkan dari Anas ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda:Tidaklah seorang hamba beriman sehingga aku lebih dicintai kepadanya dari pada keluarganya, hartanya dan seluruh manusia. (H.R Bukhari)
Firman Allah
Katakanlah: "jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatir kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul- Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusannya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (At Taubah 24).
Imam Al Hafidz Ibnu Katsir berkata dalam menafsirkan ayat di atas: Apabila semua perkara dan urusan di atas lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan Allah maka tunggulah datangnya bencana dan adzab dari Allah yang akan menimpa kalian. (Mukhtashar Ibnu katsir-Syekh Nasib Ar Rifa'I)

Bagi yang mencintai Rasulullah mereka akan mendapatkan hasilnya baik didunia maupun diakhirat,di antaranya adalah ;

1. Cinta kepada Nabi boleh mendatangkan manisnya iman.
Imam Bukhari dan Muslim telah meriwayatkan dari Anas ra. bahwa Nabi bersabda:
Tiga perkara, barangsiapa yang berada di dalamnya maka ia akan mendapatkan manisnya iman; bahwa Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai daripada selainnya , bahwa ia mencintai seseorang dan tidak mencintai kecuali hanya karena Allah, dan ia benci kembali kepada kekafiran seperti kebencian dia bila dilemparkan ke dalam api.(Muttafaqun alaih)
Erti manisnya iman sebagaimana yang disebutkan oleh para ulama adalah merasakan lazatnya segala ketaatan dan sedia menderita kerana agama serta mengutamakan itu daripada seluruh material dunia.
(Fathul Bari 1/61)

2. Orang yang mencintai Nabi SAW akan tinggal bersamanya di akhirat.
Telah diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Anas bin Malik ra bahwa ia berkata:
Pernah seorang laki-laki datang kepada Rasulullah lalu bertanya: Wahai Rasulullah kapan hari kiamat datang? Beliau bersabda: Apa yang kamu persiapkan untuknya? Ia menjawab: cinta kepada Allah dan cinta kepada Rasul-Nya. Beliau bersabda: Engkau akan bersama orang yang kamu cintai. Anas berkata: Kami tidak bergembira setelah masuk Islam lebih daripada mendengar sabda beliau: Sesungguhnya kamu bersama orang yang kamu cintai.

Anas ra.berkata: Saya mencintai Allah, Rasul-Nya, Abu Bakar dan Umar dengan harapan saya dapat berkumpul bersama mereka walaupun saya tidak beramal seperti mereka.
Tanda-tanda mencintai Nabi adalah yang dinyatakan Al Qadhi 'Iyadh: Termasuk tanda mencintai Nabi adalah membela sunnahnya dan menegakkan syariatnya serta ingin bertemu dengannya. Maka untuk mewujudkannya ia akan mengerahkan jiwa dan harta kekayaannya.
(Syarkh Sahih Muslim -Nawawi)

Ibnu Hajar berkata: Termasuk tanda cinta kepada Nabi di atas adalah bahwa seandainya disuruh memilih di antara kehilangan dunia atau Rasulullah SAW kalau itu memungkinkan, maka ia lebih memilih kehilangan dunia daripada kehilangan kesempatan untuk melihat beliau, ia merasa lebih berat kehilangan Rasul daripada kehilangan kenikmatan dunia, maka orang yang seperti itu telah mendapat sifat kecintaan di atas dan siapa yang tidak bisa demikian maka tidak berhak mendapat bagian dari buah cinta itu. Yang demikian itu tidak hanya terbatas pada persoalan cinta belaka, bahkan membela sunnah dan menegakkan syariat serta melawan para penentang-penentangnya termasuk amar ma'ruf dan nahi mungkar. (Fathul Bari).

0 comments: